Kamis, 22 Oktober 2020

Mempelajari Kehidupan dengan Merantau

Kehidupan adalah nikmat luar biasa yang diberikan oleh Tuhan kepada setiap insan di dunia. Sebuah kehidupan yang kita dapatkan sekarang, bukanlah hal yang mudah, tetapi memerlukan proses panjang. Mulai dari sebuah sperma kecil berukuran beberapa mikrometer hingga bersatu dengan ovum dan menghasilkan zigot yang tertempel hangat di dinding rahim, kemudian ditiupkan ruh pada kita dan  terjadilah sebuah kehidupan, tak lama lahirlah seorang bayi yang tak berdosa dan belum mengenal apa-apa.

Mengenal hidup adalah hal utama yang kita pelajari dalam kehidupan. Seringkali kita bertanya kepada diri sendiri, untuk apa aku hidup? Namun pertanyaan seperti itu lantas tidak perlu dijawab, karena kehidupan memang sepantasnya menyimpan banyak misteri.

Kini, aku sudah menjalani 24 tahun dari kehidupanku. Aku telah menempuh berbagai perjalanan. Namun, tetap saja pertanyaan itu belum bisa kujawab sampai detik ini. Kadang, kehidupan begitu membuatku terombang-ambing dan bertanya-tanya, apa yang sedang kukejar di dunia ini?

Aku berpindah dari satu daerah ke daerah lain. Perjalananku di mulai dari bagian timur Indonesia. Aku ditempatkan selama 1 tahun di Ternate, Maluku Utara. Aku merantau sendiri tanpa teman dari daerah asalku, Banjarmasin. Perbedaan budaya, sejarah dan bahasa dengan Banjarmasin membuatku sedikit kikuk dalam bersikap.

Saat di Ternate aku mempelajari bahwa hidup sendiri bukan hal yang mudah. Aku merangkum beberapa poin yang kudapatkan setelah merantau di negeri orang.

  1. Rumah adalah tempat kembali, bukan sekedar tempat untuk tidur atau bersinggah. Rumah adalah tempat melepas penat, tempat yang hangat, tempat tertawa, bersedih, berkumpul. Rumah beserta isinya adalah hal yang harus disyukuri. Rayakanlah rumah kalian dengan berkumpul bersama orang-orang di dalamnya, makan bersama, nonton TV bersama, bercanda, mengerjakan pekerjaan rumah bersama. Bercengkramalah, hiasi rumah dengan makhluk hidup lainnya, pelihara ikan, kucing, berbagai hewan lainnya. Tanamlah pohon di halamannya, bunga-bunga yang indah, atau bahkan sayur-sayuran sendiri untuk dimakan. Nikmatilah rumah.
  2. Jangan pernah bergantung dengan orang lain. Kebahagiaan selalu bisa datang dari mana saja, tapi jangan pernah sekalipun menggantungkan kebahagiaan diri sendiri pada orang lain. Jadilah independen. Jangan pula menggantung kehidupan di orang lain. Jangan menunggu bantuan orang lain, karena kita tidak pernah tahu beban orang lain seperti apa. Jadilah mandiri, berusaha selesaikan masalah sendiri, jika tidak bisa mengatasinya lagi, barulah cari bantuan atau sekedar teman untuk bercerita.
  3. Bersedihlah namun tidak boleh berlarut. Kesedihan adalah hal yang normal terjadi pada manusia. Saat aku merantau, seringkali aku bersedih dan tenggelam dalam kesedihan. Namun, batasilah hal itu. Kuatkan tekad untuk tidak bersedih lagi, tetapkan tenggat waktu sampai kapan boleh bersedih dan kapan harus bangkit. Karena hidup harus berjalan, dan kesedihan tidak akan berakhir hanya dengan kita menangisinya.
  4. Jadilah ramah. Ramah dengan siapa saja, dengan orang baru ataupun orang lama.
  5. Nikmati hari ini. Nikmati hal yang sedang kamu jalani setiap detiknya. Rasakan hal tersebut dan bergerimbaralah kamu dapat merasakan hal itu. Jangan khawatir dengan masa depan, selama kamu yakin yang kamu lakukan adalah hal yang benar maka jalani lah. Setiap kesenangan yang terjadi hari ini jangan pernah dihancurkan dengan kekhawatiran dengan masa depan atau kenangan masa lalu. Live like tomorrow does'nt exist.

Hal tersebut adalah beberapa rangkuman yang bisa aku ambil hikmahnya selama aku tinggal di Ternate. Aku sekarang memutuskan untuk merantau kembali. Kini aku sedang berada di Jakarta untuk mengadu nasib. Sebelum memutuskan merantau, ada dua hal yang sebenarnya aku pertimbangan yakni mengejar mimpiku ataukah tinggal bersama orang-orang aku sayang di Banjarmasin.

Aku sudah meninggalkan orang tua dan keluargaku selama 1 tahun, dan kini harus berpisah lagi. Hal yang sangat berat. Aku mencoba untuk berpikir dalam dan merenungkan pilihanku. Kupikir, aku hanya hidup 1 kali, dan aku memutuskan untuk melihat dunia dari segi yang lebih luas. Hal ini tidak berarti aku tidak sayang keluargaku di rumah. Namun mereka pasti mengerti apa yang benar-benar aku inginkan. Aku berharap mereka di rumah sehat-sehat saja, hingga aku bisa pulang kembali ke kampung halamanku dan melihat senyum mereka yang lebar. Dan bisa berkumpul lagi.

Doakan perantauanku kali ini ya. Semoga aku berhasil menaklukan tempat baru ini, aamin.