Jumat, 21 April 2017

Coass Life be Like..

Selamat malam!

Telah tiba akhirnya, aku memasuki tingkatan kehidupan yang lebih berat, lebih menantang dan mencekam... Apalagi sih yang lebih tidak mencekam di kedokteran daripada KOAS!

ya..

"KOAS !"


Koas adalah sebuah fase perpindahan mahasiswa FK dari yang hanya mengerti teori menjadi mengerti secara praktek. Mempelajari kembali penyakit dengan lebih efektif. Menghapal berbagai terapi. Menguasai alur administrasi rumah sakit. Memperbaiki pola pikir mengenai pengobatan. Menjaga pasien sepanjang malam. Melatih mental dan fisik, bekerja di bawah tekanan dengan bayang-bayang kerjaan yang menumpuk, pasien gawat yang akan meninggal, juga hardikan dari konsulen yang tak bisa dihindari.

Aku selalu menanggap bahwa koas adalah fase yang menantang, dilihat dari segi manapun. Aku tidak menghindari betapa tertariknya aku mempelajari dunia perkoasan. Ketika aku memasuki rumah sakit, berbagai hal yang sebelumnya hanya aku dengar di fakultas dan hanya kupercaya hal itu sebagai rumor pun memang benar-benar terjadi di tempat ini.

Pertama, Senioritas.
aku selalu merasa aneh dengan senioritas yang terjadi. Kedokteran dan senioritas memang sangat tidak bisa dipisahkan. Layaknya suami istri yang baru menikah, tidak bisa lepas. Didikan senioritas menjadi asupan setiap hari yang kulihat disini, dari senioritas dokter spesialis, senioritas residen, bahkan teman-teman seangkatan. Memang hal ini bagus, karena pada dasarnya senior akan selalu berbaik hati mengajarkan banyak sekali ilmu kepada juniornya. Namun sangat tidak jarang juga, senioritas ini disalahgunakan menjadi ke hal-hal negatif dan mengarah kepada bossy senior.

Kedua, Subjektif.
Benar sekali bahwasanya kadang penilaian di koas tidak subjektif. Hal ini dikarenakan perbedaan penguji ujian, maka berbeda pula lah standar masing-masingnya. Ada yang hanya ujian dengan mengikuti dokternya sampai 1 minggu, ada yang cuman 1 hari, ada yang ujiannya gampang, susah, bahkan ada yang hanya bermain catur dengannya maka bisa lulus, atau sekedar menjawab aplikasi soal-soal. Kadang, mood penguji benar-benar mempengaruhi, seperti saat musim simposium (seminar) dari bagian tersebut, maka suksesnya seminar menjadi menjadi acuan nilai-nilai koas, jika seminar itu sukses maka nilai koas akan tinggi, begitu juga sebaliknya, Tetapi perlu ditekankan sekali lagi bahwa semua dokter yang ada disana tidak mengandalkan ujian sebagai acuan lulus atau tidak, ujian hanyalah formalitas. Semua penilaian dilakukan pada kegiatan sehari-hari, bagaimana etika berperilaku terhadap diri sendiri, orang lain, pasien, perawat, dokter dan semua pekerja di rumah sakit. Sekali saja ada masalah, atau terlambat datang misalnya, maka bersiap-siaplah mengulang 1 stase!

Ketiga, Pressure is everywhere! 
Karena aku baru masuk stase saraf, maka kujelaskan di bagian saraf saja yaa.. kalau dari segi jadwal, di saraf kita harus stand by pagi dari pukul 5 subuh untuk follow up pasien yang akan di laporkan kepada konsulen nanti, pelaporannya bisa langsung saat visit dokter, atau lewat telpon yang dilakukan jam 6 tepat no ngaret! Jangan harap morning report via telpon tersebut hanya 15-30 menit, tetapi 2-3 jam.. haha..

Nah jadwal kita memang terbagi 2 sih, ada jadwal dinas dan jadwal jaga. Kalau dinas di saraf ya dari jam 5-2 siang, ini ekspektasinya, bisa saja lebih atau bahkan sampai sore karena ada dokter yang belum visit. Kemudian ada jadwal jaga, jadwal jaga ini gantian, bisa satu hari jaga kemudian libur atau 2 hari libur, tergantung jumlah orang di kelompok tersebut. Dinas jaga di ulin  terbagi menjadi 3 yakni UGD, bangsal dan stroke center. Yang paling berat adalah di UGD, karena pasien yag datang pastilah memerlukan tindakan, dan setiap tindakan yang dilakukan harus dikonsulkan ke konsulen.

Jam jadwal jaga adalah dari jam 2-6 subuh besoknya.. jadi semua pasien baru yang masuk pada saat itu adalah tanggung jawab yang jaga. Begitu juga pasien-pasien gawat yang harus diobservasi setiap 1 jam atau tiap 2 jam, bakalan sukses membuat koas akan tidak tidur semalaman. Coba saja bayangkan, Selama melaksanakan jadwal jaga dan dinas kemudian banyak pasien observasi, maka koas bisa tidak tidur selama 32 jam disertai dengan tekanan batin dan kemarahan konsulen kalau kita salah2 mengurus pasien pada jam tersebut.

Lah itu baru dari jadwal jaga, belum lagi dari tugas-tugas lainnya. Setiap bagian yang kita datangi akan mewajibkan kita membuat 1 penelitian mengenai materi berhubungan dengan bagian tersebut, dan 1 laporan kasus yang menjadi syarat dalam ujian. Selain itu untuk kegiatan sehari-hari koas akan diwarnai dengan berbagai macam pengisian status pasien yang masyaAllah banyaknya.. 1 pengisian status pasien baru bahkan bisa menghabiskan waktu 1 jam.

Keempat, Tidak mandi itu biasa.
Ada yang bilang selama koas, mandi itu sunnah. Memang menjijikan, tapi lebih baik menjijikan daripada dihukum mati dimarahi oleh konsulen. Tetapi ini tergantung stase kok, ada yang memang stase seperti di anak akan lebih susah mandi karena pasien banyak, yaa jumlah pasien memang menentukan segalanya. Begitu juga di IGD, biasanya hanya dewa yang bisa mandi saat jaga IGD haha. Tapiii bisa kook sebenernya kalo cuman jaga bangsal atau lagi tidak ada yang gawat pasiennya.

Kelima, Koas itu... Keset??
Apakah kalian pernah mempelajari tingkatan makhluk hidup? Nah kalau di rumah sakit, dari segala makhluk hidup yang, maka bisa dipastikan koas berada diposisi terendah.. Hal ini bukanlah sebuah mitos, tetapi realita yang harus dihadapi. Apalagi aku sudah melihat dengan mata kepala sendiri bagaimana koas diperlakukan, kadang seolah dia robot yang bisa diperintah kapanpun dan apapun, atau seolah dia superhuman dengan energi yang takpernah habis. Ketika berjalan dengan konsulen, maka sudah seharusnya koas akan berjalan di samping belakang, membukakan pintu ruangan, menekankan pintu lift, menghalau semua hambatan dan siap sedia menjawab pertanyaan yang dilontarkan oleh konsulen. Begitu juga dengan residen, kadang beberapa stase mewajibkan kita harus bersama dengan residen, dan melakukan segala perintah yang diminta oleh residen. hmm..

Koas juga wajib menghapal sema administrasi rumah sakit, mempelajari alur pengobatan pasien umum. bpjs, jamkesda, jamkesprov dan mengatur semua blanko-blanko yang keluar masuk. Membawa pasien ke bagian lain untuk dilakukan pemeriksaan penunjang, atau sekedar mengkonsulkan dengan bagian-bagian lain.

Yang harus diingat adalah, koas tidak mempunyai hak untuk melawan, sekali anda melawan, anda akan diingat selamanya dan berujung tidak akan lulus-lulus menjadi dokter. Akhirnya dengan berbagai hal tersebut lah, bahkan muncul lelucon bahwa koas lebih rendah dari keset. bravo!

Hal-hal tersebut merupakan sedikit cerita mengenai koas, akan lebih kalau kita sama-sama mengkritisi sistem pendidikan seperti ini yang sudah melekat begitu dalam dengan dunia kedokteran. Memandang dari berbagai aspek, bijak dengan situasi. Jangan jadikan keterbatasan kita dalam berbicara dan mengemukakan pendapat mengekang semua hak yang seharusnya kita dapatkan. Saran yang bisa kuberikan hanya berlakulah selayaknya anda koas yang mencari ilmu dan berusaha menolong pasien, tetap beretika dan sopan kepada residen, konsulen, pasien, perawat, cs, siapapun. Lelah memang tidak bisa dihindarkan, tapi itu adalah proses menghadapi kenyataan. Ketika pasien kita ada yang gawat atau bahkan meninggal di tangan kita, jangan jadikan ketakutan serta kesedihan itu berlarut-larut, karena kalau bukan kita yang menyelamatkan, siapa lagi?

Yakinlah, bahwa ilmu tidak akan sia-sia, semakin susah kamu mencari ilmu dan makin banyak tantangan yang kamu dapatkan, maka semakin kuat dan siaplah kamu dalam menghadapi dunia kedokteran yang sebenarnya. Menjadi dokter itu tidak susah, yang susah adalah mempertahankan untuk tetap setia dengan profesi dan mau belajar serta niat tulus mengobati semua orang dalam keadaan apapun, dengan balas jasa apapun.

Selamat koas, Zak.. Semoga koas mu 2 tahun ke depan lancar, dan bermakna dengan ragam cerita yang tidak akan pernah terlupa... *ciyee menyelamati diri sendiri

Bye!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar